Reformasi 1998 merupakan tonggak sejarah penting bagi perjalanan bangsa Indonesia menuju sistem pemerintahan yang lebih demokratis. Salah satu kekuatan utama yang turut mendorong perubahan besar tersebut adalah gerakan mahasiswa. Di tengah krisis multidimensi yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an, mahasiswa tampil sebagai motor perubahan sosial-politik dengan keberanian dan idealisme yang tinggi.
Kondisi Sosial dan Politik Menjelang Reformasi
Menjelang akhir kekuasaan Orde Baru, Indonesia dihadapkan pada krisis ekonomi yang parah. Harga kebutuhan pokok melonjak, pengangguran meningkat, dan kepercayaan terhadap pemerintahan menurun drastis. Di saat yang sama, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) semakin merajalela, menciptakan ketimpangan dan ketidakadilan yang meluas. Situasi tersebut memicu keresahan di berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa yang mulai bergerak secara masif (Aspinall, 2005).
Bentuk dan Strategi Gerakan Mahasiswa
Gerakan mahasiswa pada masa itu berkembang di berbagai kampus di Indonesia. Mereka mengorganisasi diskusi politik, aksi demonstrasi, serta menyusun tuntutan-tuntutan konkret kepada pemerintah. Salah satu tuntutan utama adalah pengunduran diri Presiden Soeharto serta pelaksanaan reformasi total dalam sistem pemerintahan.
Puncak dari perjuangan ini terjadi pada Mei 1998, ketika ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR. Aksi tersebut mencerminkan tekad kuat untuk mengakhiri kekuasaan otoriter. Meskipun diwarnai dengan tragedi, seperti penembakan mahasiswa di Universitas Trisakti, semangat perjuangan tidak surut dan justru mendapatkan dukungan luas dari masyarakat (Lane, 2008).
Dampak Langsung dan Jangka Panjang
Gerakan mahasiswa terbukti menjadi faktor penentu dalam mendorong Presiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998. Peristiwa ini menandai berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya masa reformasi. Dalam jangka panjang, gerakan tersebut membuka jalan bagi perubahan signifikan, seperti pelaksanaan pemilu yang lebih demokratis, amandemen konstitusi, serta meningkatnya kebebasan pers dan masyarakat sipil (Kingsbury, 2005).
Refleksi atas Peran Mahasiswa Saat Ini
Dua dekade lebih setelah reformasi, tantangan yang dihadapi gerakan mahasiswa berubah. Jika dahulu mereka berjuang melawan kekuasaan yang otoriter, kini mereka menghadapi sistem yang lebih terbuka namun tetap sarat dengan praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena itu, semangat kritis dan kepedulian sosial yang pernah diperlihatkan mahasiswa pada 1998 harus tetap dijaga dan dikembangkan sesuai konteks zaman (Hadiz & Robison, 2004).
Penutup
Gerakan mahasiswa dalam reformasi 1998 bukan hanya simbol keberanian, tetapi juga contoh nyata bagaimana generasi muda dapat memainkan peran penting dalam perubahan bangsa. Kini, tugas generasi mahasiswa berikutnya adalah menjaga nilai-nilai reformasi tersebut agar tidak memudar, serta terus memperjuangkan keadilan, transparansi, dan demokrasi yang sejati.
Penulis: Dimas Atilla, Mahasiswa Universitas Pamulang
Editor: Darsono
Bahasa: Rahmat Al Kafi












