Konflik antara Iran dan Israel merupakan salah satu isu geopolitik paling kompleks dan sensitif di kawasan Timur Tengah. Meskipun kedua negara belum pernah terlibat dalam perang terbuka secara langsung, ketegangan di antara keduanya telah berlangsung selama puluhan tahun dan kerap kali memicu ketidakstabilan regional.
Perseteruan ini bukan hanya dilandasi oleh perbedaan ideologi atau kepentingan nasional semata, tetapi juga terkait erat dengan dinamika aliansi internasional, konflik proksi, serta perebutan pengaruh di kawasan.
1. Latar Belakang Konflik
Iran dikenal sebagai negara dengan sistem pemerintahan teokratis Syiah yang memiliki ambisi besar untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok bersenjata seperti Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina, dan milisi Syiah di Irak dan Suriah.
Sementara itu, Israel adalah negara dengan sistem demokrasi sekuler yang mayoritas penduduknya beragama Yahudi.
Sebagai sekutu utama Amerika Serikat di kawasan, Israel melihat Iran sebagai ancaman strategis, khususnya terkait program nuklir Iran dan aktivitas militernya di wilayah-wilayah yang dekat dengan perbatasan Israel.
2. Perspektif Regional
a. Negara-negara Arab Teluk
Negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain cenderung memandang Iran sebagai ancaman utama terhadap stabilitas kawasan.
Ketakutan akan pengaruh Iran telah mendorong beberapa negara Arab untuk menjalin hubungan diplomatik maupun kerja sama ekonomi dan keamanan dengan Israel.
Normalisasi hubungan tersebut, sebagaimana terlihat dalam Abraham Accords, menunjukkan perubahan signifikan dalam dinamika aliansi di Timur Tengah.
b. Negara-negara Proksi Iran
Sebaliknya, negara-negara seperti Lebanon, Suriah, dan Irak menjadi wilayah yang sering digunakan sebagai arena konflik tidak langsung antara Iran dan Israel.
Di wilayah ini, Iran menanamkan pengaruhnya melalui dukungan terhadap kelompok-kelompok milisi bersenjata yang dapat menyerang Israel sewaktu-waktu apabila konflik meningkat.
3. Perspektif Global
a. Amerika Serikat
Amerika Serikat merupakan pendukung utama Israel dan secara aktif berupaya membatasi kemampuan militer serta program nuklir Iran.
Dalam berbagai kesempatan, AS telah memberikan bantuan militer, intelijen, dan diplomatik kepada Israel, sekaligus memberlakukan sanksi keras terhadap Iran.
b. Rusia dan Tiongkok
Di sisi lain, Rusia dan Tiongkok memandang Iran sebagai mitra strategis untuk menyeimbangkan dominasi Barat, terutama di kawasan Asia Barat. Kedua negara tersebut kerap menjalin kerja sama militer dan ekonomi dengan Iran, meskipun tetap berhati-hati agar tidak terlibat langsung dalam konflik bersenjata di Timur Tengah.
4. Ancaman Eskalasi dan Perang Proksi
Konflik antara Iran dan Israel sejauh ini lebih sering berlangsung dalam bentuk perang proksi. Israel, misalnya, kerap melakukan serangan udara ke basis milisi pro-Iran di Suriah, sementara Iran mendukung serangan roket atau drone dari kelompok-kelompok sekutunya.
Jika ketegangan ini meningkat, maka konflik dapat berkembang menjadi perang regional yang melibatkan berbagai aktor non-negara dan negara-negara tetangga.
Dampak dari konflik semacam ini tidak hanya dirasakan secara lokal, tetapi juga dapat mengganggu stabilitas global, terutama dalam hal pasokan energi dunia.
Selat Hormuz, jalur penting ekspor minyak, berada di bawah pengaruh militer Iran, dan sewaktu-waktu dapat menjadi titik krisis yang mengganggu perekonomian global.
5. Posisi Indonesia dan Dunia Islam
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia secara konsisten mendukung kemerdekaan Palestina dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Meskipun demikian, Indonesia juga mendorong penyelesaian damai atas konflik di Timur Tengah dan menolak segala bentuk kekerasan bersenjata.
Dunia Islam sendiri menunjukkan sikap yang beragam terhadap konflik ini; sebagian mendukung Iran karena sikap anti-Israelnya, sementara sebagian lainnya lebih mendekat ke Israel demi kepentingan strategis.
Kesimpulan
Konflik antara Iran dan Israel tidak bisa dipahami semata-mata sebagai pertikaian dua negara, melainkan sebagai bagian dari dinamika geopolitik yang lebih luas.
Di dalamnya terlibat berbagai kepentingan regional dan global yang saling bertentangan. Selama isu-isu seperti program nuklir Iran, status Palestina, dan konflik proksi di kawasan belum diselesaikan secara adil dan damai, maka ketegangan ini akan terus berlanjut dan berpotensi menjadi sumber instabilitas besar di dunia internasional
Penulis: Ferhans Iqbal Herdiansyah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang
Editor: Rahmat Al Kafi