Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024 akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang.
Pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang dideklarasikan oleh 12 partai politik (parpol) Koalisi Indonesia Maju (KIM) “Plus” berpeluang besar memenangi Pilgub DKI Jakarta.
Selain itu, pasangan RK-Suswono berpeluang melawan kotak kosong di Pilgub DKI Jakarta mendatang.
Terkait dengan potensi kotak kosong tersebut, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta angkat bicara.
Dilansir dari Kompas.com, Kader PDIP tersebut yakin bahwa masyarakat Jakarta serta pihak pendukung Anies Baswedan dan juga dirinya akan bersatu memilih kotak kosong.
“Saya yakin ya, kalau KIM itu lawan kotak kosong, saya kira masyarakat Jakarta akan melawan di kotak kosong,” ucap dia saat ditemui di Sekolah Partai PDIP, Jakarta Selatan, Sabtu (17/8/2024), dikutip dari Kompas.com.
“Pendukung Pak Anies (Baswedan), pendukung saya, saya kira pasti lebih cenderung pilih kotak kosong,” sambungnya.
Singgung Lolosnya Calon Independen
Ahok juga turut menaruh kecurigannya terhadap lolosnya Dharma Pongrekun-Kun Wardhana sebagai pasangan calon gubernur-wakil gubernur independen Pilkada Jakarta 2024.
Menurutnya, pasangan Dharma-Wardhana sengaja diloloskan supaya calon yang diusung KIM “Plus” tidak perlu bersusah payah melawan kotak kosong.
“Pasti malu kan (kalau kalah lawan kotak kosong). Kayak Makassar (Pilkada Makassar 2018), malu kan,” lanjut Ahok.
Terlebih, kecurigaan Ahok tersebut berkaitan dengan pencatutan nomor induk kependudukan (NIK) yang menjadi prasyarat bakal pasangan calon independen Dharma-Wardhana maju pada pilkada.
“Makanya, saya curiga ada sesuatu di situ,” kata Ahok.
“Kalau peraturannya dipermudah, saya kira memang ini ada indikasi, ada unsur mau menciptakan ada calon independen. Apalagi ternyata teman-teman saya orang kaya-raya juga ada namanya (terdaftar mendukung Dharma-Kun). Artinya ada masalah ini,” ungkapnya, dikutip dari Kompas.com.
Mantan Komisaris Pertamina tersebut juga menduga pasangan calon independen kini hanya cukup menyerahkan daftar terbuka warga yang diklaim mendukung mereka maju.
“Makanya, saya lihat sekarang kok sekarang enggak pakai format, (tetapi) dikirimin kertas list, list, list, gitu saja kok lolos gitu, saya enggak tahu. Harusnya ikuti format yang lama. Saya nggak tahu,” ucap mantan Bupati Belitung Timur itu.
Christopher
Pemerhati & Penganalisa Politik