Jokowi  

Presiden Joko Widodo Klarifikasi Penyebab Kericuhan antara Polisi dan Warga Usai Bentrok Pembangunan Eco City Pulau Rempang

Sosial
Sumber: www.wowkeren.com

Pasca bentrokan yang terjadi antara warga setempat dengan aparat polisi di depan Kantor BP Batam terkait polemik relokasi warga Pulau Rempang, alhasil polisi yang berjaga sempat menggunakan gas air mata dan water cannon untuk membubarkan massa yang menggelar aksi pada Kamis (07/09/2023) lalu.

Pasca viralnya bentrokan ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo buka suara, Ia menilai bentrokan terjadi imbas komunikasi yang kurang baik saat pengukuran lokasi.

Presiden mengatakan telah memerintahkan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat di Rempang, pada Rabu atau Kamis esok.

“Menurut saya nanti mungkin besok atau lusa Menteri Bahlil akan ke sana untuk memberikan penjelasan mengenai itu,” pungkasnya.

Jokowi berpendapat konflik di antara aparat keamanan dan warga Rempang itu tidak seharusnya terjadi jika warga setempat diajak bicara dan diberi solusi atas rencana pengembangan proyek Rempang Eco City oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.

“Karena di sana sebenarnya sudah ada kesepakatan bahwa warga akan diberi lahan 500 meter plus bangunan tipe 45, tetapi ini tidak dikomunikasikan dengan baik. Akhirnya menjadi masalah,” dikutip dari kumparan.com.

Dari laman BP Batam, Rempang Eco City merupakan salah satu proyek yang terdaftar dalam Program Strategis Nasional 2023 yang pembangunannya diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2023 yang disahkan pada 28 Agustus.

Namun, pembangunan proyek tersebut diprotes oleh warga Rempang dengan menghadang aparat gabungan yang akan mematok dan mengukur lahan pada Kamis (7/9).

Konflik yang diwarnai kekerasan hingga mengakibatkan korban luka-luka bahkan trauma pada anak-anak setempat dipicu oleh penolakan warga terhadap proyek yang mengharuskan sekitar 7.500 warga setempat direlokasi. Selain itu, proyek tersebut juga mengancam eksistensi 16 kampung adat Melayu yang ada di Pulau Rempang sejak 1834.

Penulis: Ika Ayuni Lestari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *